Semesta Hidayah: "Hikmah-Hikmah Puasa"
Ketika mikraj, Rasulullah saw. bertanya, "Wahai Tuhanku, apakah hasil dari puasa?" Allah swt. berfirman, "Puasa mewariskan hikmah dan hikmah mewariskan makrifah, dan makrifah mewariskan keyakinan. Apabila seseorang telah memperoleh keyakinan maka ia tidak akan peduli (apakah) hari esoknya akan dipenuhi dengan kesulitan atau kemudahan." (Kitab Al-Bihar, juz 77, hal. 27)
Rasulullah saw. bersabda, "Bila engkau berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu dan penglihatanmu dari hal-hal yang haram. (Puasakanlah) anggota tubuh dan seluruh ragamu dari hal yang buruk, tinggalkan kebiasaan mengganggu orang dan menyiksa pembantumu. Pastikan pada dirimu adanya ketenangan puasa. Berusahalah untuk selalu tenang dan diam kecuali hanya dengan zikir kepada Allah. Janganlah engkau jadikan hari puasamu seperti hari iftar-mu (hari ketika engkau berbuka). Hindarilah pergaulan dengan istrimu dan perbuatan mencaci serta tertawa terbahak-bahak karena sesungguhnya Allah membenci hal itu. (Kitab Al-Bihar, juz 96, hal. 292)
Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa yang ingin melepas diri dari perasaan gelisah, maka berpuasalah di bulan Ramadhan dan tiga hari dalam setiap bulan." (Kitab Al-Bihar, juz 97, hal. 109)
Rasulullah saw. bersabda, "Setiap kali orang yang berpuasa menghadiri majils suatu kaum dan menyuguhkan makanan kepadanya, maka seluruh anggota tubuhnya akan bertasbih. Malaikat mendoakannya dan memohonkan ampunan bagi mereka." (Kitab Al-Bihar, juz 96, hal. 247)
Imam Ali kw berkata, "Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih memuji Allah, doanya dikabulkan, perbuatannya diganjar berlipat ganda, dan sesungguhnya doa orang yang berpuasa itu tidak akan ditolak Tuhan." (Kitab Al-Bihar, juz 93, hal. 360)
Imam Ali kw. berkata, "…karena itu Allah memberikan penjagaan bagi kaum mukmin dengan salat, zakat, dan puasa di hari-hari yang diwajibkan, untuk memberikan ketenangan pada penglihatan mereka, kekhusyukan pandangan mereka dan kerendahan hati pada jiwa mereka serta perasaan merendah dalam hati mereka." (Kitab Nahjul Balaghah, khotbah 192)
Imam Ali kw. berkata, "Puasanya tubuh adalah menahan diri dari makanan dengan keinginan dan kemampuan; karena takut dari siksa dan mengharapkan pahala dan ganjaran sementara puasanya jiwa adalah menahan lima anggota tubuh dari segala dosa dan bersihnya hati dari semua penyebab dosa." (Kitab Ghurarul Hikam)
Sayyidah Fathimah as. berkata, "Tidak ada sesuatu pun yang diperoleh orang yang berpuasa dari puasanya bila ia tidak menjaga lisannya, pendengarannya, pandangannya, dan seluruh anggota tubuhnya." (Kitab Al-Bihar, juz 96, hal. 295)
Imam Ali Zainal Abidin as. berdoa, "…Bantulah kami untuk menjalankan puasa-Nya dengan menahan anggota badan dari maksiat kepada maksiat-Nya dan menggunakannya untuk apa yang diridoi-Nya. Sehingga telinga-telinga kami tidak kami arahkan kepada kesia-siaan, dan mata-mata kami tidak kami pusatkan kepada kealpaan. Sehingga tangan-tangan kami tidak kami ulurkan kepada larangan dan kaki-kaki kami tidak kami langkahkan kepada keburukan. Sehingga perut-perut kami tidak kami isi kecuali yang Kau halalkan dan lidah-lidah kami tidak berbicara kecuali yang Kau contohkan…." (Kitab Shahifah Sajjadiyah, doa 44)
Imam Shadiq as. berkata, "Barang siapa yang berpuasa di hari yang sangat panas kemudian ia mengalami kehausan, Allah memerintahkan para malaikat-Nya untuk mengusap wajah orang itu dan memberinya berita gembira. Sehingga ketika orang itu berbuka puasa, Allah berfirman: Alangkah harum bau dari ruh-Mu, para malaikat-Ku menyaksikan bahwa Aku telah mengampunimu." (Kitab Furu’ Al-Kafi, juz 4, hal. 65)
Imam Shadiq as berkata, "Adapun hikmah dalam puasa adalah agar terjadi persamaan antara orang kaya dan orang fakir; karena orang kaya tidak pernah merasakan lapar, maka ia akan mengasihani orang fakir. Orang kaya selalu memperoleh apa-apa yang ia inginkan, maka Allah berkehendak memberikan persamaan di antara hamba-hamba-Nya dan agar orang kaya bisa merasakan kepedihan lapar dan rasa sakitnya, agar dapat merendahkan hatinya di hadapan orang yang lemah, dan mengasihani orang yang lapar." (Kitab Al-Bihar, juz 96, hal. 371)
Imam Ridha as berkata, "Bila dipertanyakan mengapa mereka diperintahkan berpuasa, jawabannya adalah agar mereka dapat mengetahui kepedihan lapar dan haus dan memberikan petunjuk baginya atas kefakiran di akhirat sehingga orang yang berpuasa dapat khusyu, merendah diri, memelas hati, mengoreksi diri, menjadi arif, agar mengetahui dan sabar atas lapar dan haus yang dialami dan dengan demikian mendatangkan pahala.
"Di samping itu, puasa juga dimaksudkan untuk menekan syahwat, dan menjadi peringatan di dunia dan memberi dorongan dalam menjalankan perintah dan menjadi dalil (petunjuk jalan) di akhirat, kemudian mereka dapat mengetahui susahnya orang fakir miskin di dunia, sehingga mendorong mereka untuk mengeluarkan kewajiban pada hartanya." (Kitab Man La Yahdurul Faqih)