Selama beberapa milenium, tempat ini telah menjadi tempat persinggahan orang-orang dari tempat-tempat yang sekarang berada di wilayah Arab Saudi, Syria, Iraq dan Yordania. Tedak sedikit yang kemudian menetap membentuk masyarakat yang saling berhubunga berdasarkan sistem kesukuan, keluarga atau melalui pernikahan dengan orang-orang di tempat tersebut.
Paham salafi yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab mulai berkembang di tempat ini sejak akhir abad ke-18 telah mengakar kuat dan menjadi ciri khas penduduknya. Sekarang tempat ini menjadi basis Sunni di Iraq.
Pada masa tahun 1920, pemerintah Inggris mengutus Letkol Gerald Leachman, seorang perwira senior untuk menguasai daerah ini. Namun ia tewas setelah bertarung melawan pemimpin lokal bernama Syaikh Dhari. Akibatnya Inggris mengerahkan pasukannya menggempur kota ini. Peperangan berakhir dengan kematian tidak kurang dari 10 ribu penduduk dan lebih dari seribu serdadu Inggris dan India. Tempat ini kini dikenal dengan nama Fallujah.
Fallujah jadi sejarah menjadi ladang pembantaian. Pada 8 November 2004, tidak kurang dari 10 ribu dibantu 2 ribu pasukan Iraq membombardir kota yang dijuluki city of mosques ini. Associated Press mencatat..
Sebelumnya, kota yang terletak 69 kilometer sebelah Barat Baghdad ini adalah menjadi basis pertahanan para gerilyawan Irak yang beraliran Sunni. Para gerilyawan ini bertahan di masjid-masjid dan sekolah-sekolah. Dari sekitar 100 masjid yang ada di Fallujah, sekitar 60 di antaranya digunakan sebagai basis pertahanannya.
Pada masa pemerintahan Saddam Hussein (1979-2003), Fallujah menjadi kota yang sangat penting bagi pemerintahan Saddam. Kota berpenduduk 350 ribu jiwa ini menjadi salah satu pusat dukungan bagi pemerintahan. Banyak pemimpin senior Partai Baath adalah penduduk asli kota ini. Pada masa pemerintahannya, Saddam melakukan pengembangan sektor industri di kota ini. Berbagai fasilitas industri didirikan di tempat ini, termasuk pabrik yang ditutup oleh United Nations Special Comission (UNSCOM) pada tahun 90-an.