Sayang saya tidak sempat menyaksikan Indonesia Lawyer Club TV One 4 September lalu. Saya sempat menonton kurang lebih 10 menit sebelum selesai. Padahal ingin sekali saya mendengar para pakar bicara tentang Teror Solo. Apalagi themanya Teror Masih Ada, Salah Siapa? Bila Kalimat dari Thema ini bila diperhatikan dengan cermat bisa cukup luas sebenarnya dalam pengartiannya. Apa boleh buat karena tidak menonton akhirnya saya menulis ini dengan semata-mata dengan analisa pribadi.
Sebelumnya mohon maaf karena dibawah ini saya ingin memakai teori Konspirasi alias teori berandai-andai karena terlalu sulit bagi saya untuk bisa percaya dengan fakta-fakta yang sudah menjadi berita. Teori konspirasi hanyalah merupakan suatu analisa yang diperluas dan mungkin dengan mengabaikan fakta-fakta yang ada. Tetapi ada pendapat bahwa Teori Konspirasi itu boleh saja digunakan untuk menganalisa suatu peristiwa yang belum jelas, tetapi seharusnya teori itu harus digugurkan bila fakta-fakta yang jelas dan logis sudah terungkap.
Menurut saya di Indonesia, teori ini sebenarnya sudah mulai berkembang saat masyarakat kita mencoba menganalisa Peristiwa G30S PKI pada tahun 1965 yang sampai saat ini sepertinya masih menimbulkan tanda-tanya apa penyebabnya dan bagaimana penyelesaiannya. Lalu pada saat peristiwa Antasari Azhar ketua KPK ditangkap dan dipenjarakan, kembali Teori Konspirasi berputar-putar di benak saya.
Definisi Konspirasi sendiri sebenarnya untuk saya belum betul-betul jelas. Searching pada google menghasilkan defenisi Wikipedia sebagai teori persekongkolan dimana teori-teori ini berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa yang tidak terpecahkan.
Dulu saya pernah mencoba mencari akar kata dari kata konspirasi tapi belum menemukan. Saya hanya bisa menduga kata konspirasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu Count dan Pirates yang mungkin bisa diartikan Suatu Pembajakan Yang Dilakukan Oleh Kaum Bangsawan (orang-orang penting).
Selanjutnya untuk memecah logika yang terjadi pada Teror Solo saya menganalisakan dengan beberapa analisa pembuktian terbalik. Bukan Motivasi , Tujuan dan Siapa Pelaku yang terlebih dahulu dicari tetapi dengan alasan berikut ini :
- Siapa-siapakah yang akan diuntungkan oleh Teror Solo ?
- Siapa-siapakah yang akan dirugikan oleh kejadian tersebut ?
Dengan menyimpulkan siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan mungkin kita bisa lebih dekat dengan motivasi pelaku, dan selanjutnya bila sampai mampu menyimpulkan motivasi, kita lebih dekat kepada siapa yang mampu melakukan dan hingga akhirnya berhulu kepada mendekati siapa pelakunya.
Menganalisa point kesatu mungkin lebih sulit jadi coba kita menjawab dulu point kedua. Untuk mencoba menjawab point kedua terlebih dahulu (siapa yang dirugikan) kita bisa melihat fakta yaitu jatuhnya korban di pihak Polri dengan 2 anggota Polri kehilangan nyawa, 2 orang luka-luka dan 3 pos rusak berat. Lalu juga ada korban nyawa dari 2 0rang terduga teroris. (berita resminya adalah murid pondok pesantren Ngruki).
Tetapi selain dari Polri dan Terduga pelaku, adakah pihak lain yang dirugikan? Maka saya mencoba menghubungkan ke Isyu Nasional saat ini. Pilgub DKI yang saat ini begitu menyita perhatian public.
Teror Solo akan menguntungkan Jokowi ? Jawabannya adalah tidak. Kubu Jokowi sebenarnya sangat tidak diuntungkan dengan kejadian Teror di Solo. Kejadian di Solo ini dipastikan sangat mengganggu mentalitas dari Jokowi dan para pendukungnya. Kemungkinan besar bukan kubu Jokowi yang melakukan Teror ini.
Apakah Teror Solo akan menguntungkan Foke? Jawabannya adalah juga tidak. Kubu Foke sebenarnya tidak diuntungkan dengan kejadian Teror Solo. Malah banyak orang yang menduga-duga bahwa jangan-jangan Teror ini dilakukan oleh kaki-tangan Foke. Saya percaya bahwa Foke (kubu Foke) tidak akan mungkin sebodoh itu mau melakukan Teror seperti itu.
Dan ktia kembali mencoba mencari jawaban pertanyaan kesatu. Siapa-siapakah yang akan paling diuntungkan dalam peristiwa ini? Bila kita coba talar dengan analisa konspirasi (Catatan : sekali lagi Kalau memang benar peristiwa ini merupakan sebuah konspirasi/rekayasa), teror ini bisa disimpulkan berkaitan dengan politik. Politiknya siapa yang dimainkan tentu tidak ada orang yang tahu. Yang tahu persis hanyalah otak dari peristiwa itu sendiri.
Bila dipermudah setelah point kedua sudah terjawab, mungkin kita akan mengarah kepada siapa yang diuntungkan dengan adanya terror Solo ini. Dan untuk menjawab ini sangatlah sulit. Dan saya belum punya analisa yang cukup kuat untuk dipaparkan. Mungkin tulisan berikutnya saya mencoba menganalisanya disamping tetap mengikuti fakta-fakta yang mulai terkuak. Dan bila memang kemudian ada fakta-fakta yang sangat kuat dan logis otomatis Teori Konspirasi yang dibangun harus digugurkan.
Fakta-fakta Kuat Yang Bisa Menggugurkan Teori Konspirasi Untuk Teror Solo.
Bila mencermati perkembangan berita ada beberapa fakta yang cukup kuat yang dapat menjelaskan bahwa pelaku-pelaku adalah benar terkait dengan suatu jaringan yang memusuhi Polri. Diantaranya adalah berita tentang pengakuan Orang tua Muchsin (Alm) bahwa anaknya memang mempunyai kegiatan di Solo. Bahwa Muchsin (Alm) pernah berpesan secara tidak langsung kepada keluarganya bahwa dia sedang mempunyai masalah. (http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/03/21303293/Terduga.Teroris.Kalau.Ada.Apaapa.Bakar.KTP.Saya)
Berikutnya juga ada berita resmi yang menjelaskan Pondok Pesantren mengakui bahwa kedua terduga teroris yang tewas adalah mantan siswa disana. (http://regional.kompas.com/read/2012/09/03/13033117/2.Eks.Santri.Terlibat.Ponpes.Ngruki.Minta.Maaf)
Dari kedua berita tersebut sebenarnya sudah cukup kuat sebagai dasar analisa bahwa Teror di Solo memang dilakukan oleh sekelompok teroris. Tapi kelompok teroris yang mana itu belum terbukti apakah berhubungan dengan orang-orang disekitar Pesantren Ngeruki atau bukan. Dan juga sayangnya mengapa para pelaku (Farhan,Firman, Muchsin, dan Bayu) ternyata rata-rata masih berumur 20 tahunan.
Disisi lain ada yang bertolak belakang dengan analisa telah terjadinya pergerakan teroris di Indonesia saat ini. Yang membuat bertolak belakang adalah kedatangan Menlu AS Hilary Clinton. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa inteligen Amerika sudah mencermati kondisi Indonesia sebelumnya sehingga berani mengantar Hilary ke Indonesia. Kedatangan Hilary memupus sementara analisa telah terjadinya gerakan teroris saat ini di tanah air.
Kesimpulan sementara adalah bila memang punya waktu mencermati dan memikirkannya saya akan tetap memakai teori konspirasi untuk melogikan peristiwa Teror Solo sambil menunggu bukti-bukti yang tidak terbantahkan yang dapat menggugurkan teori ini.
Semoga Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Sumber Kompassiana.com