Peristiwa-peristiwa Penting di Bulan Ramadhan
Tidak lengkap rasanya bila di bulan Ramadhan kita tidak mengetahui peristiwa-peristiwa penting di bulan itu. Buku karya Syekh Dr Abdurrahman Al Baghdady ini memaparkan secara detil hari demi hari kejadian-kejadian penting dalam sejarah. Mulai dari ditetapkannya puasa oleh Rasulullah saw sampai dengan meninggalnya Imam Bukhari pada hari ketigapuluh Ramadhan. Berdasarkan sumber-sumber klasik dalam sejarah Islam, pakar sejarah dan fiqih Islam ini memberikan kepada kita khazanah ilmu yang berharga untuk diambil hikmahnya.
Menurut Syekh Abdurrahman, hari Ahad, 1 Ramadhan tahun ke-2 H, bertepatan dengan 26 Februari 624 M, adalah Ramadhan pertama kaum Muslimin berpuasa. Ada yang berpendapat kewajiban puasa Ramadhan diumumkan oleh Nabi pada hari Senin, 1 Sya’ban 2 H.
Ibnu Jarir dalam kitab Jami’ul Bayan (vol 3, hal 312) berkata, “Pada tahun ini puasa bulan Ramadhan diwajibkan. Ada yang berpendapat: Puasa Ramadhan disampaikan kewajibannya pada bulan Sya’ban tahun yang sama. Kemudian dikisahkan bahwa ketika Rasulullah saw tiba di kota Madinah beliau menjumpai kaum Yahudi berpuasa pada bulan Asyura. Beliau menanyakan hal itu kepada mereka, mereka menjawab, “Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan meneggelamkan bala tentara Fir’aun.” Lalu beliau bersabda, “Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian.” Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa. Hadits ini disebutkan di dalam kedua kitab shahih, dari Ibnu Abbas.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ
مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ
خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ
مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ
اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 183-185).
Ibnu Jarir berkata, “Di tahun ini orang-orang diperintahkan untuk menunaikan zakat fitrah. Ada yang berpendapat: Bahwasanya Rasulullah saw berkhutbah di hadapan orang-orang satu hari -atau dua hari- sebelum hari raya Idul Fitri, dan memerintahkan mereka untuk menunaikan zakat fitrah itu.” Ibnu Jarir menambahkan, “Pada tahun ini Nabi saw melaksanakan shalat ‘id, beliau keluar bersama orang-orang menuju tempat shalat. Itulah shalat ‘id pertama yang beliau laksanakan. Orang-orang keluar di hadapan beliau yang membawa bayonet. Bayonet itu milik Zubair yang dihadiahkan Raja Najasyi kepadanya. Dan selanjutnya bayonet itu biasa dibawa di hadapan Rasulullah saw pada pelaksanaan shalat ‘id.” (Jami’ul Bayan, vol 3, hal 314).
Pada hari pertama bulan Ramadhan ini terjadi pula peristiwa penting: Turunnya Shuhuf Ibrahim as, Kebakaran Menakutkan di Masjid Nabawi, Pernikahan Rasulullah saw dengan Zainab binti Khuzaiman, Shalat Istisqa’ bersama Kaum Muslimin, Penaklukan Islam Merambah Mesir dan Dimulainya Penaklukan Andalusia.
Dalam peristiwa kebakaran di Masjid Nabawi, Ustadz Abdurrahman menggambarkan: ”Ibnu Imad, di dalam kitab Syadzarat Adz-Dzahab (3/263), berkata, “Pada tahun 654 H terjadi kebakaran di Masjid Nabawi-shalawat dan salam termulia semoga tetap terlimpah kepada pemilik masjid-. Tepatnya pada malam pertama bulan Ramadhan setelah shalat tarawih, disebabkan oleh terbakarnya kasur milik Abu Bakar Al-Maraghi, salah seorang pelayan masjid. Kebakaran itu bermula dari jatuhnya sampah dari tangan Abu Bakar –yakni, jatuhnya sumbu pelita yang sedang menyala- sehingga menyebabkan ledakan kebakaran besar di masjid mulia. Api membakar seluruh atap masjid. Beberapa tiang roboh dan timah meleleh. Ini terjadi sebelum orang-orang tidur.
Orang-orang tidak bisa berbuat apapun menghadapi lidah api yang membakar, hingga atap kamar Nabi yang mulia, padahal di dalamnya ada makam Nabi saw dan makam dua sahabat beliau; Abu Bakar ra dan Umar ra. Kebakaran juga membakar sebagian isi kamar . . .
Sangat wajar bila peristiwa semacam ini menyebabkan rasa takut dan gentar di hati kaum Muslimin, melihat masjid mulia dan tempat suci tertimpa bencana dan musibah.
Berkat karunia Allah, sejumlah khalifah dan pemimpin kaum Muslimin tergerak untuk memakmurkan Masjid Nabawi. Sebut saja Khalifah Al-Mu’tashim Billah dari Baghdad yang mengirimkan bantuan dan para pekerja. Proyek perbaikan Masjid Nabawi dimulai tahun 755H. Kemudian (sangat disayangkan) Tartar menguasai kota Baghdad. Maka, para khalifah kaum Muslimin ketika itu berlomba-lomba membangun Masjid Nabawi, mereka adalah: Penguasa Mesir, Al-Manshur Nuruddin Ali bin Al-Mu’izz Ibik Ash-Shalihi, penguasa Yaman, Muzhaffar Syamsuddin Yusuf bin Al-Manshur, penguasa Mesir Azh-Zhahir Beibras, Zhahir Jamqamiq, dan Sulthan Qayit Bei. Ini terjadi sekitar tahun 879H, dan proyek pembangunan Masjid selesai pada akhir abad sembilan Hijriah.”
Pada hari ketiga Ramdahan misalnya, ada kejadian: Persiapan Perang Badar, Meninggalnya Sayyidah Fatimah az Zahra dan Peristiwa Tahkim. Pada hari keempat Ramadhan terjadi peristiwa: Penyerahan Bendera Pertama dalam Islam, Penaklukan Qisariah, Lahirnya Muhadits Abu Qasim as Samarqandi, Penaklukan kota Belgrad, Pengumuman Perang Melawan Jerman dan Meninggalnya Khalifah Abdul Hamid II. Pada hari keduabelas Ramadhan terjadi peristiwa penting: Persaudaraan Kaum Muhajirin dan Anshar, Penaklukan Pulau Cyprus, Serangan Romawi ke kota Dimyath Mesir, Pembangunan Masjid Jami’ Ibnu Tholon di Kairo, Meninggalnya sang Pemberi Nasihat dan Muhadits Imam Ibnul Jauzi, Dilengserkannya Haji bin Muhammad bin Qalawun (Raja al Muzhaffar), Meninggalnya Ahli Nahwu Ibnu Malik, Zabur Turun kepada Daud as, Kelahiran Rasulullah saw, Terbakarnya Masjid Nabawi untuk Kedua Kalinya dan Pasukan Thailand Menyerang Kaum Muslimin,
Banyak peristiwa-peristiwa yang dipaparkan cukup rinci dan menarik di buku itu. Diantaranya: Peristiwa Umar bin Khatab Menerima Kunci Baitul Maqdis, Selesainya Penyusunan Kitab Riyadhus Shalihin, Meninggalnya Khalid bin Walid, Meninggalnya Sahabat Ternama Khalid bin Walid, Meninggalnya Ulama Besar dan Ahli Sejarah Ibnu Khaldun, Lahirnya Seorang Ahli Fikih Besar Fakhrudin ar Razi, Meninggalnya Imam al Haitsami Penulis Kitab Majma’ az Zawaid, Meninggalnya Amr bin Ash dan Orasi Thariq bin Ziyad di Hadapan Pasukannya Sebelum Menaklukkan Andalusia.
Syekh Abdurrahman al Baghdady, ulama dengan puluhan karyanya yang bemutu ini menulis: ”Pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92H, bertepatan dengan tanggal 19 Juli 711M, panglima Muslim yang agung, Thariq bin Ziyad, berdiri menyemangati para pasukan agar tegar di medan perang. Kemudian sang panglima menyampaikan orasi yang menggugah dan sangat terkenal. Orasi ia awali dengan ucapannya,
“Wahai sekalian manusia, ke manakah kalian akan lari? Laut di belakang kalian dan musuh ada di hadapan kalian. Demi Allah, tidak ada yang kalian miliki kecuali kebulatan tekad dan kesabaran. Ketahuilah bahwa kalian di pulau ini lebih mirip anak-anak yatim di tengah jamuan makan orang-orang hina yang busuk hatinya. Musuh telah menyambut kalian dengan bala tentara, persenjataan dan bahan makanan mereka. Jumlahnya begitu melimpah. Sedangkan kalian di sini, tidak ada kekuatan kecuali pedang kalian, tidak ada makanan kecuali apa yang kalian rebut dari tangan musuh-musuh kalian. Jika hari-hari terus berlalu dalam kondisi papa seperti ini dan kalian tidak segera menyelesaikan urusan, tentu kekuatan kalian akan sirna, keberanian yang tersimpan di hati kalian akan berganti menjadi sikap pengecut. Maka, bela-lah diri kalian demi mencegah akibat yang akan kalian tanggung, dengan mengalahkan raja diktator itu. Apa yang aku lakukan maka lakukanlah. Jika aku maju menghadap musuh maka majulah. Jika aku berhenti maka berhentilah. Kemudian jadilah kalian seperti satu orang dalam pertempuran ini. Dan lihatlah sekarang, aku angkat senjata, maka angkatlah senjata kalian. Cukupkanlah bagi mereka untuk membebaskan pulau ini dengan membunuh si raja yang diktator itu, sebab mereka adalah rakyat yang terzhalimi.”
Berkat keberanian panglima dan pahlawan ini kaum Muslimin berhasil membebaskan wilayah selatan Spanyol yang dikenal dengan Andalusia, pada masa Khalifah bani Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik. Kemudian tidak sampai tujuh tahun berselang mereka mampu menguasai kurang lebih seluruh wilayah Spanyol, mereka lalu menggeneralisir seluruh wilayah Spanyol dengan sebutan Andalus, yaitu versi Arab untuk kata Andalusia.”
Label:
Religius