Tjeritanja begini. Orang-orang Toradja biasa mendjeladjah daerahnja jang bergunung-gunung dan banjak tjeruk itu hanja dengan berdjalan kaki. Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau jang sematjamnja. Nah dalam perdjalanan jang berat itu kemungkinan djatuh sakit dan mati selalu ada. Supaja majat tidak sampai ditinggal didaerah jang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang jang meninggal) dan djug supaja ia tidak menjusahkan manusia lainnja (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sedjenis hipnotisme menurut istilah saman sekarang, majat diharuskan pulang berdjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannja didalam rumahnja sendiri. Dan bajangkan sadja, majat itu tahu arah djalan, dan tahu jang mana rumahnja! Kendati demikian masih ada satu pantangan: majat jang berdjalan itu tidak boleh disentuh. Mungkin kalau disentuh mukdjizat jang menjunglapnja dengan serta merta hilang. Wallahu'alam.
Keanehan terachir jang tidak begitu menakdjubkan adalah "ballo" (tuak) jang kalau diminum tidak memabukkan, betapapun banjak anda meminumnja. Tuak jang diramu dengan sedjenis kulit kaju ini disamping memanaskan badan djuga menambah tenaga dan memperpandjang umur. Mungkin benar djuga, karena usia penduduk disana rata-rata mentjapai 80 sampai 100 tahun. Apakah ballo akan sama mudjarabnja kalau diminum diluar Toradja, masih belum di tjoba.
Sumber : http://kask.us/