Bicara Gurkha pasti bicara Khukri, dan sebaliknya. Pisau unik yang satu ini adalah ikon nomor satu dan merupakan senjata yang menakutkan. Sekali terhunus oleh seorang Gurkha, Khukri harus minum darah sebelum disarungkan. Tapi benarkah mitos tersebut?
Legenda mengatakan bahwa suatu ketika, Bappa Rawal muda sebagai pendiri Gurkha bertemu dengan pandita bernama Gorakhnath yang sedang bermeditasi. Gorakhnath yang menjalani tapa brata merasa gembira bahwa Bappa Rawal merawat dan membersihkan lokasi disekitar tempat meditasinya. Sebagai tanda terimakasihnya, Gorakhnath menghadiahi Bappa Rawal dengan sebilah pisau sakti Khukri, yang kemudian menjadi senjata wajib bagi semua Gurkha yang mengikut Bappa Rawal, dan selalu hadir saat Gurkha berhasil menaklukkan wilayah-wilayah di sekitarnya.
Kisah di atas tentu hanya mitos, walau memang tidak ada sejarawan yang mampu menunjuk dengan pasti asal-usul Khukri. Penyebutannya pun bisa bermacam-macam, AD Inggris memilih lafal Kukri, orang Nepal menyebutnya Khukuri atau Khukri. Yang jelas, seorang Gurkha tidak akan lengkap tanpa Khukrinya, dan mereka amat bangga akan senjata andalannya ini. Buktinya, tiap batalion dalam Gurkha Regiment pasti memasukkan unsur Khukri dalam lambang batalionnya. Bukan sekali dua kali terdengar kisah keberanian seorang Gurkha yang hanya bersenjatakan Khukri, seperti saat membantai tentara Jerman dalam PD II, atau prajurit Gurkha yang mencacah seorang Taliban di Afghanistan. Adalah saat yang menakutkan, saat menyaksikan Gurkha berlari sambil menghunus Khukrinya, yang berkilat-kilat diterpa cahaya matahari mencari korban.
Setidaknya, bila dirunut Khukri memiliki pengaruh dari Kopi, pedang klasik orang Yunani dan Machira, pedang kavaleri yang dipergunakan oleh pasukan Alexander Agung dalam penaldukannya di India pada 4SM. Pengaruh ini kelihatan pada mata pisau Khukri, yang kecil pada pangkal lalu melebar sampai ke ujungnya. Pada masa-masa awal, tidak ada ukuran standar untuk Khukri, dimana panjang bilahnya bervariasi mulai dari 4″ sampai 36″ atau dari seukuran pisau, sampai seukuran pedang.
Tapi biarpun ukurannya berbeda-beda, bentuknya relatif sama, karena ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Punggung mata pisaunya yang tumpul dibuat melengkung, sementara sisi dalam yang tajam, yang diarahkan ke benda yang akan dipotong, cenderung memiliki sudut yang ekstrem. Bentuk semacam ini memberikan kelebihan karena titik berat pisau justru ada di punggungnya, dimana saat diayunkan, Khukri akan jatuh ke sasaran dengan lebih cepat dan tenaga yang besar. Oleh kareria itu, dibandingkan pisau yang seukuran, Khukri jauh lebih efektif saat digunakan untuk gerakan menebas, dan inilah memang manuver serangan utama yang diandalkan Gurkha, tebasan ke kepala, yang disebut `chinnu’ alias memenggal.
Pada kenyataannya, manuver tebasan ini lebih banyak digunakan saat melintasi hutan, untuk memotong vegetasi yang menghalangi. Karena bentuknya yang efisien, Khukri dapat digunakan untuk memotong pohon berdiameter 15 cm dalam satu kali tebasan tepat, sehingga pasukan Inggris yang bertugas di Birma dalam PD II justru lebih suka membawa Khukri dibandingkan golok. Bilah pisaunya sendiri sudah cukup berat, rata-rata mencapai 500 gram, dan gagangnya pun dibuat dari kayo tebal dan berat, sehingga Khukri dapat diandalkan untuk memukul (pummeling) yang mampu meremukkan tulang atau tengkorak.
Satu hal lagi yang juga menjadi ciri khas Khukri adalah cerukan berbentuk bulan sabit pada pangkal bilah yang menghadap keluar.
Ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa cerukan ini adalah lambang kesuburan atau pengait yang menjaga Khukri di tempatnya, atau berfungsi mencegah darah korban mengalir sampai ke gagang agar tidak licin. Ada pula yang mengatakan bahwa cerulean ini merupakan perlambang dan Trisula, senjata Shiwa sang dewa penghancur dalam agama Hindu. Dalam penggunaan praktis, cerukan ini dapat digunakan untuk mengunci serangan senjata lawan. Saat mata pedang lawan dikunci dengan cerulean, satu ayunan kebawah dapat menjatuhkan senjata lawan apabila lawan tak mengantisipasinya. Atau cerukan ini dipergunakan untuk membuat luka dan jari seorang Gurkha, memberi minum Khukrinya sebelum disarungkan kembali.
Ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa cerukan ini adalah lambang kesuburan atau pengait yang menjaga Khukri di tempatnya, atau berfungsi mencegah darah korban mengalir sampai ke gagang agar tidak licin. Ada pula yang mengatakan bahwa cerulean ini merupakan perlambang dan Trisula, senjata Shiwa sang dewa penghancur dalam agama Hindu. Dalam penggunaan praktis, cerukan ini dapat digunakan untuk mengunci serangan senjata lawan. Saat mata pedang lawan dikunci dengan cerulean, satu ayunan kebawah dapat menjatuhkan senjata lawan apabila lawan tak mengantisipasinya. Atau cerukan ini dipergunakan untuk membuat luka dan jari seorang Gurkha, memberi minum Khukrinya sebelum disarungkan kembali.
Baja karbon
Legenda juga menyatakan, bahwa Khukri tidak pernah patah dalam pertempuran. Faktor logis adalah karena Khukri dibuat dari baja karbon dengan kerapatan tinggi, biasa dibuat dan baja rel atau per pada jip dan truk yang memang tergolong heavy duty karena didesain untuk menahan beban berat. Namun seperti keris di Indonesia, pembuatan Khukri juga melibatkan empu yang disebut Bishwakarmas atau Kamis. Mereka harus melakukan sejumlah ritual dan puasa se belum melakukan Khulcuris, yaitu proses pembuatan Khukri. Bahkan dalam pembuatan sarungnya yang disebut Dap yang terbuat dari kulit, hanya ada satu klan yaitu Saarkis yang diakui pandai membuatnya. Mungkin faktor kultural-magis inilah yang juga berkontribusi pada kekuatan “lebih” yang bersemayam dalam sebilah Khukri.
Tidak banyak desa yang mampu membuat Khukri, dan Khukri yang baik datang dari Bhojpur, Chainpur, Dhankuta, dan Dharan di sebelah Timur, atau Salyan dan Piuthan di sebelah Barat Kemajuan zaman semakin mendesak tradisi pembuatan Khukri, dan kini sebagian besar dibuat di Dharan. Dalam satu set Khukri biasanya terdapat dua miniatur Khukri, satu tajam dan satu tumpul, yang biasanya disarungkan di sisi belakang. Yang tajam disebut Karda, digunakan untuk mengasah Khukri atau memotong tali pusar dalam proses kelahiran bayi. Yang tumpul disebut Chakmak, dan digunakan untuk membantu menyalakan api dengan menggesekkannya ke batu api.
Seorang prajurit Gurkha biasanya memiliki dua set Khukri. Yang satu dipergunakan untuk pemakaian sehari-hari termasuk bertempur, dan yang satu dipergunakan sebagai alat upacara. Dalam ritual Dashain yang juga dilakukan oleh Gurkha Regiment, Khukri dijadikan alat untuk memotong leher hewan korban untuk menyenangkan para dewa, yang biasanya dilakukan sebelum berangkat perang. Oleh karena Khukri yang dipergunakan hams disucikan, maka biasanya seorang Gurkha pasti menyimpan dua Khukri.( aryo nugroho)
Female Gurkha
Gurkha wanita, mungkin ini pikiran terakhir yang akan terlintas di kepala anda. Maklum saja. imej pasukan yang gagah berani dan haus darah tampak tidak sesuai bila diasosiasikan dengan kaum hawa yang lemah lembut. Tapi ternyata emansipasi sampai juga ke Brigade Gurkha, saat Kemetrian Pertahanan Inggris mengubah kebijakannya dan mengizinkan calon wanita bergabung dalam Gurkha Brigade mulai tahun 2007.
Tak tanggung-tanggung, 50 posisi disediakan untuk para calon wanita, dengan hak yang setara dengan para Gurkha pria, termasuk gaji 1.000 poundsterling sebulan dan masa dinas selama 15 tahun. Bagi para wanita Nepal yang terkungkung dalam sistem kasta yang lebih menomorsatukan pria, hal ini adalah pintu keluar dari himpitan sistem sosial yang menekan. Tiap tahunnya, lebih dari 15.000 pendaftar wanita datang ke Pokhara untuk mengetes keberuntungannya. Seleksi fisiknya pun sama ketatnya, harus mampu melakukan 14 angkatan tiang, 75 bench jump, dan 70 sit up dalam 2 menit. Bagi mereka yang bisa menyelesaikan masa pendidikannya, posisi tersedia hanya di Queen’s Gurkha Engineers, Queen’s Gurkha Signals dan Queen’s Own Gurkha Logistic Regiments, yang berarti mereka akan berlugas di unit pendukung, dan belum sampai ke unit tempur.
Crafting The Finest Warrior
Seleksi dan rekruitmen pasukan Gurkha mungkin boleh disebut yang terunik di dunia. Bagaimana tidak, alih-alih menempa para prajurit Gurkha dengan latihan keras, para rekrutmen yang datang sudah punya modal fisik yang tangguh.
Inggris memang beruntung. Fisik anggota suku-suku di kaki gunung Himalaya yang mendaftar masuk menjadi prajurit Gurkha rata-rata memang sudah di atas standar yang diinginkan. Kalau diibaratkan patung, alam dan lingkungan Nepal telah mampu membentuk fisik para rekrutmen menjadi sekeras cadas. AD Inggris hanya tinggal memolesnya saja untuk menjadi prajurit tempur yang tangguh.
Akan tetapi, AD Inggris tentu hanya mau input yang terbaik. Berhubung Resimen Gurkha personelnya terus-menerus diciutkan, seleksi pada tahun-tahun belakangan menjadi semakin ketat. Namun hal ini tidak menghalangi minat pendaftar. Maldum saja, terpilih menjadi kandidat Gurkha laksana mendapatkan lotere, karena itu menjadi tiket keluar dari kemiskinan dan jalan keluar untuk melihat dunia yang lebih luas. Tiap tahunnya, tak kurang dari 25.000 pemuda mendaftar masuk dalam seleksi menjadi anggota Gurkha, padahal yang diterima tak lebih dari 230.
Tugas perekrutan prajurit Gurkha jatuh ke tangan BGN (British Gurkha Nepal)yang bermarkas di Jawalakhel, Kathmandu. BGN yang bertanggungjawab langsung kepada HQ, Land Command dipimpin oleh seorang perwira berpangkat kolonel yang biasanya sekaligus menjabat sebagai atase pertahanan di Kedutaan Besar Inggris di Kathmandu. BGN bertanggungjawab terhadap segala urusan seorang prajurit Gurkha, mulai saat is direkrut sampai kemudian memasuki pensiunnya. Dalam hal sirkulasi uang, BGN merupakan kekuatan ekonomi terbesar keempat di Nepal, melebihi berbagai perusahaan-perusahaan swasta. BGN memiliki 3 pusat pelatihan yaitu British Gurkhas Kathmandu, British Gurkhas Pokhara, dan British Gurkhas Itahari. Dari ketiganya, Britih Gurkhas Pokhara yang terletak di distrik Barat, 8 jam perjalanan dari Kathmandu, merupakan koordinator proses rekrutmen.
Dalam proses rekrutmen Gurkha, BGP dibantu oleh Galla Wallah Galla Wallah merupakan pensiunan Gurkha yang bekerja secara khusus untuk mencari kandidat-kandidat calon Gurkha terbaik. Galla Wallah bekerja sesuai dengan arahan BGN dan memulai pencariannya dari desa ke desa pada bulan Mei sampai September. Seleksi yang dilakukan oleh Galla Wallah biasanya didasarkan oleh pada sejumlah standar fisik, seperti tinggi badan, lebar bahu, dan ukuran-ukuran spesifik lainnya. Dalam periode lima bulan tersebut, seorang Galla Wallah bisa merekrut sampai 100 calon, biasanya diutamakan dari yang keluarganya memiliki sejarah pengabdian di dalam Gurkha Regiment.
Pada waktu yang telah ditentukan, biasanya di awal musim semi, para calon-calon kandidat mendatangi bukit yang telah ditentukan untuk menjalani hill selection. Di bukit tersebut, telah menunggu enam tim yang terdiri dari para NCO Gurkha yang akan melakukan penyaringan awal berdasarkan pemeriksaan kesehatan, kemampuan baca-tulis dasar, dan tes fisik dasar. Dad puluhan ribu yang datang, yang diambil hanya 800-900 orang, jadi sudah terbayang betapa ketatnya saringan untuk menjadi seorang Gurkha. Bagi sejumlah kecil yang lulus, mereka diberitahu untuk datang ke Pokhara guna menjalani seleksi lanjutan.
Pada bulan Desember sampai Januari, BGP menyelenggarakan seleksi yang disebut Central Selection. Inilah yang merupakan tes awal yang sesungguhnya. Para kandidat yang sudah dinyatakan lulus dalam hill selection berdatangan ke pusat latihan di Pokhara. Sebagian menggunakan kendaraan umum, tapi ada yang berjalan kaki berjam-jam dari desanya sendiri. Para pemuda yang sudah tiba di Pokhara akan dibariskan. Mereka diperintahkan bertelanjang dada dan cat khusus dicoretkan secara yertikal di dada, mencegah mereka -ang dinyatakan gagal untuk menjalani tes ulang. Selanjutnya, tiap kandidat harus menjalani ,eiumlah tes, dimulai dari tes esehatan yang meliputi x-ray dan gigi, kemudian dilanjutkan dengan :es baca-tulis. Bagi sebagian besar kandidat, mungkin inilah pertama kalinya dalam hidupnya mereka bertemu dan menjalani pemeriksaan check-up bersama dokter dan berkenalan dengan pengobatan modern.
Setelah tes kesehatan dan administratif selesai, giliran tes kecakapan fisik yang didesain dalam beberapa tahap. Seorang kandidat harus mampu melakukan 13 pull up dengan beban serta 25 kali sit-up dalam satu menit, dilanjutkan terus dengan dicatat sampai akhirnya si kandidat kelelahan. Kandidat juga harus berlari sejauh 1,5 mil dalam 14 menit, diselingi istirahat sejenak, lalu harus lari lagi sejauh 1,5 mil dalam 10 menit. Ujian akhir dalam Central Selection adalah Doko Race, yang dilaksanakan pada sore hari di bukit di sebelah pusat latihan Pokhara. Tiap kandidat harus berlari ke atasnya, mendaki ke atas dengan memanggul beban berupa batu seberat 35kg dalam doko (keranjang tradisional Nepal). Setelah sampai di atas, mereka harus berlari lagi ke bawah, dan satu kali perjalanan bolak-balik tersebut hams sudah diselesaikan sebelum stopwatch menunjukkan waktu 35 menit. Seleksi ini jauh lebih ketat daripada tes masuk prajurit untuk unit infantri reguler AD Inggris, sehingga dari awal sudah ketahuan bahwa Gurkha memang didesain sebagai satu kesatuan yang elite, dengan kohesifitas tim yang luar biasa. Mereka yang lulus kemudian dibariskan untuk menjalani At- testation Parade. Satu-persatu, tiap kandidat menghadap ke arah foto Ratu Elizabeth II yang diletakkan di atas hamparan bendera Union Jack. Tiap kandidat memberikan hormat pada Ratu, dan kemudian menyentuhkan tangannya ke Union Jack seraya mengucap sumpah setia pada Ratu dan Negeri Inggris Raya. Setelah itu, tiap kandidat yang lulus tadi diberikan kesempatan untuk menemui istri atau sanak keluarga yang biasanya menyertai mereka dalam perjalanan ke Pokhara, untuk mengucapkan salam perpisahan. Biasanya upacara kecil-kecilan dilaksanakan pada momen-momen terakhir sebelum tiap kandidat diberangkatkan ke Inggris. Untaian Marla (karangan bunga) dan scarf sutra akan dikalungkan di leher kandidat untuk memberikan doa restu dan keselamatan, serta upacara Tika, meraupkan tepung beras ke kening sebagai simbol restu dari keluarga.
Tiba di Inggris
Tahap selanjutnya, kandidat akan dibawa ke Inggris, tepatnya ke Gurkha Training Company di Catterick, yang juga merupakan markas dari 2nd Battalion, Infantry Training Centre. Rumah baru bagi GTC ini baru ditempati pada Desember 1999, setelah sebelumnya beberapa kali mengalami kepindahan. Pada Agustus 1951- 1971, Gurkha Training Depot dipusatkan di Sungai Patani, Kedah Malaysia. Seiring berakhirnya Malaya Emergency dan Konfrontasi, pusat latihan Gurkha ikut bergeser mengikuti kepindahan markas besar Gurkha ke Hongkong, di Sek-Kong. Dan ketika Hongkong diserahkan ke RRC pada 1994, Gurkha Training Wing ikut bergeser di Church Crock-ham, tepatnya di Queen Elizabeth barracks, sebelum berpindah ke tempatnya yang baru sekarang.
Di Helles Barracks, tiap kandidat yang baru tiba ditempatkan ke dalam salah satu dari dua Wing, Wing A (Imphal) dan Wing B (Catterick) dan digolongkan sebagai SUT (Soldier Under Training), tak beda dengan taruna lainnya. Namun begitu, silabi pendidikan untuk talon Gurkha tetap dibedakan, begitu pula cara pendidikannya. Sebagai contoh, tiap taruna langsung ditunjuk masuk kedalam seksi (setara regu dalam terminologi AS) yang dipimpin oleh seorang kopral yang juga seorang Gurkha. Bagi tiap anggota seksi, kopral ini adalah ayah, sahabat, kakak, dan juga sekaligus pemimpin mereka. Pemimpin seksi ini disebut Gurunji (Guru) oleh para siswanya, dan memang begitulah cara mendidik para siswa Gurkha.
Dibanding menggunakan seorang drill sergeant yang menerapkan disiplin militeristik yang kaku dan keras, seorang Gurunji menggunakan metode semi formal dalam menanamkan setiap nilai dan pengetahuan yang diperlukan seorang calon Gurkha. Metode ini dianggap lebih efektif, mengingat siswa Gurkha yang datang dari desa-desa terpencil pasti akan terkaget-kaget bila langsung didrill secara keras, dan bukan tak mungkin akan membangkang. Lagi pula nyaris semua calon Gurkha ini tidak (bisa berbahasa Inggris, dan keberadaan Gurunji juga membantu mereka meningkatkan pemahamannya akan bahasa man mereka saat ditugaskan kelak. Tiap siswa akan diberikan pelajaran bahasa Inggris secara intensif yang dilakukan oleh Gurkha Language Wing selama 9 minggu, 3 minggu di kelas dan 6 minggu secara berselang-seling dengan silabi militer.
Silabi Militer
Sementara untuk penggemblengan kecakapan keprajuritan Gurkha, AD Inggris ternyata merasa cukup menerapkan CIC (Combat Infatryman Course) yang sama dengan prajurit reguler AD Inggris. Maklum saja, soal urusan fisik, Central Selection dianggap sudah mampu menyaring kandidat sehingga tiap calon yang sampai di Inggris punya modal lebih dalam hal kebugaran dan kemampuan fisik, tinggal memolesnya saja untuk menjadi seorang prajurit infanteri Gurkha yang tangguh. Pendidikan selama 37 minggu ini dipusatkan pada pembangunan kemampuan fisik dan kemampuan tempur, terutama dalam manuver seksi dan peleton. Total jenderal ada delapan kali latihan, dengan 37 hari dan 26 malam dihabiskan di medan, sisanya di kelas.
Materi yang diajarkan mulai dari taktik serang level seksi, patroli, pertahanan, FIBUA (Fighting in Built Up Areas) termasuk materi terbatas pertempuran jarak dekat, diakhiri 5 hari latihan kecakapan dengan menggunakan senjata level seksi, mulai dari senapan serbu L85A2, senapan mesin regu L86A2, senapan mesin FN MAG/ L7, granat, dan mortir 60 mm. Ujian akhir dilaksanakan dalam bentuk mock-up serangan dengan manuver level peleton, untuk memastikan bahwa setiap siswa Gurkha mampu menunjukkan kemampuan tempur individu yang bersinergi dengan kerjasama tim yang baik.
Bicara soal kemampuan pengenalan medan, tiap calon Gurkha alga dididik secara khusus dengan materi seperti pembacaan kompas Jan peta, pengamatan medan, medik lapangan, membuat pertahanan, survival, serta membuat kamuflase. Ujian terhadap survival skill ini diadakan terpisah dari ujian senjata, dalam satu tes yang dikenal dengan nama Samjhana Birsana. Latihan baris-berbaris drill) juga diberikan pada siswa Gurkha, dan justru ini seringkali erbukti yang tersulit. Kebiasaan anggota Gurkha yang berasal dari desa terpencil dengan jalan yang terjal ternyata telah menyulitkan para siswa Gurkha jika diperintahkan berjalan lurus dalam format barisan
Silabi Sosial
Satu aspek pendidikan yang unik dari Gurkha adalah adanya satu silabi sosial yang bertujuan untuk mengasimilasikan tiap calon Gurkha dengan segala aspek kehidupan dan kebudayaan Inggris. Dalam struktur pendidikan AD Inggris, hanya Brigade Gurkha yang menerima pendidikan semacam ini. Pendidikan sosial ini dilaksanakan dengan durasi 2 minggu, yang pelaksanaannya disisipkan ke sepanjang pendidikan sepanjang 37 minggu tersebut.
Silabi sosial ini dibagi kedalam tiga tahap, yang dimulai dengan Ex. Pahilo Kadam, yang arti harafiahnya adalah langkah pertama. Di sini, tiap siswa diajari mengenal area di sekitar Caterrick, jalan-jalan, rute, serta bus umum dan taksi yang bisa digunakan. Kota yang bertetangga vaitu Richmond dan Darlington ‘uga dikunjungi, di mana biasanya para siswa Gurkha melakukan perjalanan berkelompok dalam pakaian yang rapi, biasanya setelan jas dan dasi. Pahilo Kadam dilanjutkan dengan Doshro Kadam (langkah kedua), yang meliputi perjalanan ke ekeliling kota, dimana tiap calon
diwajibkan berbicara dengan penduk setempat dengan mengguan bahasa Inggris yang telah diajarkan oleh GLW. Para siswa juga diajak mengunjungi 3-5 tempat di Iggris Utara dan Skotlandia, terutama kota-kota bersejarah seperti Edinburgh, York, dan Manchester.
Kota lain yang mungkin dikunjungi adalah Blackpool, Newcastle, Middlesborough dan Liverpool. Dalam tiap kunjungan, sang Gurunji harus menemani untuk menjelaskan sebisa mungkin dan menumbuhkan rasa percaya diri tiap calon Gurkha. Latihan terakhir yang diajarkan adalah Teshro Kadam (langkah ketiga) di mana siswa diharapkan memiliki rasa percaya diri dan mampu ‘diilepas’ di Inggris. Latihan ini meliputi kunjungan ke London, ke Buckingham Palace, Houses of Parliament, Tower of London, museum madame Tussauds, London Dungeon, dan Museum Ilmu Pengetahuan, untuk mendapatkan pemahaman mengenai sistem pemerintahan, sejarah, dan tata kotanya.
diwajibkan berbicara dengan penduk setempat dengan mengguan bahasa Inggris yang telah diajarkan oleh GLW. Para siswa juga diajak mengunjungi 3-5 tempat di Iggris Utara dan Skotlandia, terutama kota-kota bersejarah seperti Edinburgh, York, dan Manchester.
Kota lain yang mungkin dikunjungi adalah Blackpool, Newcastle, Middlesborough dan Liverpool. Dalam tiap kunjungan, sang Gurunji harus menemani untuk menjelaskan sebisa mungkin dan menumbuhkan rasa percaya diri tiap calon Gurkha. Latihan terakhir yang diajarkan adalah Teshro Kadam (langkah ketiga) di mana siswa diharapkan memiliki rasa percaya diri dan mampu ‘diilepas’ di Inggris. Latihan ini meliputi kunjungan ke London, ke Buckingham Palace, Houses of Parliament, Tower of London, museum madame Tussauds, London Dungeon, dan Museum Ilmu Pengetahuan, untuk mendapatkan pemahaman mengenai sistem pemerintahan, sejarah, dan tata kotanya.
Lulus
Siswa Gurkha yang lulus setelah masa pendidikan selama 37 minggu tersebut akan dibariskan untuk berparade dalam Passing Out Parade, di mana orangtua dan sanak famili para anggota Gurkha yang dinyatakan lulus boleh undang menyaksikan putra-putra mereka diterima mengabdi pada Kerajaan Inggris. Namun karena biasanya rata-rata datang dari keluarga yang miskin, mereka tidak mampu membelikan tiket pesawat untuk sanak familinya. Sebagai gantinya, mereka merayakan kelulusan bersama komandan seksi dalam acara Passing Out Party di mana biasanya tarian tradisional orang Nepal dipertunjukkan dan dirayakan bersama di hall. Setelah masa pendidikannya selesai, tiap siswa akan dimasukkan kedalam resimen-resimen yang telah ditunjuk sebagai seorang prajurit berpangkat riflemen, siap mengabdi kemanapun Inggris memerintahkan mereka. Bagi yang nilainya di atas rata-rata, akan ditunjuk ke dalam Queen’s Gurkha Engineers, Queen’s Gurkha Signal, atau Queen’s Gurkha Logistic Regiment, dimana mereka akan diberi pendidikan lanjutan sebelum menjadi seorang spesialis. (aryo nugroho)